Sabtu, 04 Desember 2010

BANJIR yang menggenangi

BANJIR yang menggenangi hampir seluruh wilayah di Surabaya membuat DPRD Surabaya kecewa. Sebab, pada 2010 pemerintah kota (pemkot) mendapat anggaran dana penanganan banjir mencapai Rp273 miliar. Dana sebesar itu seharusnya bisa untuk menekan luas wilayah banjir.

Namun, fakta justru menunjukkan sebaliknya. Muncul titik-titik baru banjir seperti di kawasan Tandes dan Wiyung. Kondisi tersebut memunculkan pandangan bahwa kinerja satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang bersangkutan harus segera dievaluasi. Hal ini dilakukan supaya kinerja yang ditunjukkan lebih baik. “Memang harus ada evaluasi. Lha wong dananya sangat besar kok masih banjir. Ini pasti ada masalah,” kata Ketua Komisi C DPRD Surabaya Sachiroel Alim kemarin.

Alim menuturkan, dari data yang ada,dana untuk penanganan banjir dan pengamanan pantai mencapai Rp273 miliar. Dana bisa dipergunakan untuk melakukan perawatan-perawatan sungai maupun pompa. Pemkot harus menggunakan dana dengan sebaikbaiknya agar banjir di Surabaya bisa teratasi. Alim mengakui penanganan banjir di Kota Surabaya mencapai kemajuan.Namun, pemkot tidak melakukan antisipasi akan muncul genangan-genangan baru.

Alim berharap pada 2011 pemkot lebih mengefektifkan kembali program “njogo kali”dengan partisipasi penuh dari masyarakat sekitar.Pasalnya, dengan peran serta masyarakat secara langsung, persoalanpersoalan kali bisa teratasi. Bahkan, politikus Demokrat ini menegaskan, pemkot harus memiliki kader atau satgas khusus yang bertugas merawat dan menjaga kebersihan sungai serta selokan. Dengan demikian, masyarakat akan berperan aktif dalam menjaga kebersihan wilayahnya. “Honor masyarakat kan bisa diambil dari APBD.

Kami pasti kasih, yang jelas untuk memperbaiki Surabaya,”tandas Alim. Anggota Komisi C DPRD Surabaya Agus Santoso menagih janji Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk mengatasi banjir. “Mana janji untuk menyelesaikan banjir.Wong hujan sebentar saja langsung banjir,” ucapnya kemarin. Agus mengaku kebobrokan yang diungkapkan bukan omongan saja, melainkan disertai buktibukti.

Lokasi banjir saat hujan di antaranya daerah Gunung Anyar. Sebagian besar wilayah tersebut masih tergenang banjir, hampir tidak ada satu pun wilayah di daerah tersebut yang luput dari genangan banjir. Banjir Gunung Anyar dan sebagian wilayah Rungkut, lanjut Agus, diakibatkan pula karena tidak ada konsep dalam menanganinya. Padahal, jika dilakukan analisis dan penangan secara serius,banjir tidak akan terjadi di sana.“Sekarang ada lagi di daerah Tandes.Ini jelas kesalahan fatal,” ungkapnya.

BMKG Imbau Waspada Hujan

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya mengimbau kepada warga Kota Surabaya untuk mewaspadai tingginya curah hujan.Pasalnya,saat ini mulai memasuki musim penghujan. Prakirawan BMKG Juanda Ari Pulung mengatakan, banjir yang terjadi di Kota Surabaya akibat curah hujan pada awal musim penghujan.

Curah hujan pun sangat tinggi dibandingkan tahuntahun lalu. “Pada November lalu kami sudah memperingatkan, curah hujan bakal tinggi dibandingkan tahun lalu,”tuturnya. Ari menuturkan, peluang hujan pada bulan ini diperkirakan masih tinggi, mengingat memasuki awal musim penghujan. Dari perkiraan yang dilakukan, hujan akan terjadi pada siang hari. Namun, tidak menutup kemungkinan juga terjadi hujan pada malam hari.

Kondisi hujan, menurut dia, akan berlaku sama dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh suhu di perairan laut yang kini masih hangat. Saat ini suhu udara di Kota Surabaya berkisar 24–34°C dengan kelembaban udara 60–96%. Sementara skala kecepatan angin sekitar 5–25 km/jam dengan jarak pandang 3–10 meter.“Karena itu, kondisinya cukup berbahaya. Semua harus berhati-hati,”tukasnya.