Jumat, 14 Oktober 2011

Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) mencatat tingkat kredit macet yang disalurkan sejumlah perbankan di Luwu Raya mencapai 6,9% melampaui ambang normal, yaitu di bawah 3% dari total kredit yang disalurkan. Tingginya kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tersebut mendapat perhatian serius para pimpinan perbankan di Luwu Raya.

NPL mencapai 6,9% melampaui batas maksimal NPL di bawah 3%. Jadi, perbankan harus lebih selektif menyalurkan kredit kepada UKM dan berbagai pemohon masyarakat,” kata Kepala Cabang BRI Palopo M Mashudi Z saat tampil sebagai pembicara di Banking Class for Journalist, De Luna Cafe Palopo, kemarin.

Hadir dalam acara itu, para pimpinan bank di Kota Palopo, wartawan cetak, dan elektronik. Kegiatan yang digelar Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Palopo ini, sebagai wadah silaturahmi para pimpinan bank dengan pekerja pers dan media sosialisasi perbankan terhadap kebijakan perbankan. Kepala BRI Cabang Palopo, Mashudi tidak merincikan nilai nominal kredit macet tersebut.

Namun,diperkirakan mencapai puluhan miliar dan menyebar hampir di seluruh bank yang ada di Luwu Raya. Pasalnya, nilai kredit yang disalurkan kepada masyarakat, terutama para pelaku usaha kecil menengah (UKM), mencapai Rp3,5 triliun. Di BRI Cabang Palopo, Mashudi tak menampik tunggakan kredit sangat besar. Ada berbagai faktor yang menyebabkan kredit macet, di antaranya petani tidak mampu membayar angsuran akibat lahan disapu banjir dan kebun kakao diserang hama sebelum masa panen.

Nelayan juga telat membayar kredit karena cuaca ekstrem. Kepala Bank Mega Palopo Ishak Lawalata juga mengakui sangat selektif dan berhatihati menyalurkan kredit kepada pelaku usaha di daerah ini akibat tingginya kredit macet. Sebagian bank lebih memilih memfokuskan penyaluran kredit ke usaha mikro, kecil, dan menengah karena lebih berdaya tahan.

“Perbankan memiliki target penyaluran kredit, tetapi selektif karena tingginya kredit macet,” ujar Ishak yang juga Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BPMD) Luwu Raya ini. Adapun bank yang telah eksis membuka kantor cabang di Palopo, di antaranya BRI, Bank Mandiri, BNI,BTN, Bank Sulselbar, Danamon, BCA, Bank Mega, Bank Muamalat, Syariah Mandiri, Bank Panin, dan belasan bank perkreditan rakyat lain.

“Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulsel telah membuka kas titipan di Palopo. Ini semakin menunjukkan perekonomian Palopo menjanjikan untuk usaha perbankan dan tingginya perputaran uang per hari di daerah ini,” ungkap Ishak.

Sabtu, 12 Februari 2011

Bank Sulsel siap memenuhi persyaratan

IDwebhost.com Trend Hosting Indonesia ~> Bank Sulsel siap memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebagai bank dengan kategori Regional Champion. Beberapa syarat itu adalah kecukupan modal,komposisi kredit,dan Net Interest Margin (NIM) maksimal. Direktur Utama Bank Sulsel Ellong Tjandra mengatakan, Bank Sulsel saat ini modalnya baru mencapai sekitar Rp400 miliar.

Sedangkan syarat BI untuk bisa Regional Champion, modal yang harus disiapkan sebanyak Rp1 triliun.“Saat ini kami sedang berjuang agar modal kami bisa mencukupi sesuai ketentuan,”paparnya di Makassar, kemarin. Sedangkan ketentuan BI untuk komposisi kredit pada Bank Regional Champion harus 40% produktif dan 60% konsumtif.Terkait persyaratan tersebut,Ellong mengatakan saat ini sedang dalam proses perampungan.

“Saat ini kami terus berusaha memenuhi syarat Regional Champion termasuk kecukupan modal,”jelasnya. Dia mengatakan, jika Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) jadi memasukkan sahamnya sebanyak 20%, jumlah modal Bank Sulsel akan lebih besar dan lebih leluasa dalam mengembangkan bisnis. “Tentu kami senang jika ada tambahan modal baru,”paparnya. Hanya saja, kata Ellong, Bank Sulsel saat ini belum mengetahui apakah saham 20% tersebut merupakan milik Provinsi Sulbar atau termasuk kabupatennya.“Soal itu kami tidak bisa komentar. Karena menjadi urusan mereka,”katanya.

Terkait pergantian nama termasuk logo Bank Sulsel menjadi Bank Sulselbar, saat ini masih dalam tahap perampungan di Kementerian Hukum dan HAM.“Rencananya Maret nanti sudah rampung soal nama dan logo. Karena tahun ini kami berencana mengeluarkan obligasi,”katanya. Ellong mengatakan, regional champion merupakan ide Wakil Presiden Budiono dan BI.Menurut dia, pengertian dari Regional Champion tersebut adalah bank pemerintah daerah dituntut menjadi pemimpin di daerahnya masing- masing,”katanya. Sementara itu, Pemimpin BI Makassar Lambok Antonius Siahaan berharap keberadaan Bank Pembangunan Daerah (BPD), dapat berperan akif dalam mendukung pembangunan regional yang berkesinambungan. “Untuk itu, diperlukan ketahanan kelembagaan yang kuat,”paparnya.

Selain itu, kata dia, BPD juga harus punya kemampuan tumbuh dan berkembang serta melayani kebutuhan masyarakat. Namun wajib didukung dengan manajemen resiko yang kuat.“Termasuk pelaksanaan good coorporate governance,” pungkasnya.